Sabtu, 04 Oktober 2025

Polemik Zero Dollar Tour Bali Berdampak Penurunan Wisman


  • Rabu, 28 November 2018 | 23:13
  • | News
 Polemik Zero Dollar Tour Bali Berdampak Penurunan Wisman Foto: istimewa

ARAHDESTINASI.COM: Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyarankan Association of The Indonesian Tour and Travel Agencies (ASITA) bertemu China National Tourism Association (CNTA) untuk bersama-sama membuat White List Tour Agencies – Tour Operators yang direkomendasi oleh kedua belah pihak, sehingga mudah mengontrol ketika ada keluhan.

“Ini adalah cara yang paling smooth, paling halus, paling bijak, untuk menyelesaikan kasus Zero Dollar Tour di Bali. Ibaratnya, menangkap ikan, tanpa harus membuat keruh airnya. Dari situ, tidak perlu heboh-heboh, masing-masing asosiasi bisa saling mengontrol anggotanya untuk menjaga iklim bisnis yang baik,” ujarnya

Polemik soal Zero Dollar Tour, belakangan ini membuat gaduh dan menciptakan iklim yang tidak kondusif bagi industri pariwisata di Bali. “Saya sudah ingatkan, jangan biarkan gaduh. Pariwisata itu industri hospitality, bisnis yang mengedepankan keramah-tamahan. Kalau masalahnya business to business, selesaikan di level asosiasi,” kata Menpar Arief Yahya.

Sektor pariwisata menurut Arief, menggunakan prinsip: Industry Lead, Government Support, bukan sebaliknya, karena ada banyak hal yang pemerintah tidak boleh terlalu ikut campur di urusan bisnis. Pemerintah, katanya, lebih menjaga regulasi, agar iklim usaha pariwisata semakin kondusif dan berkembang.

Menurut Arief, kehebohan itu berdampak pada jumlah kunjungan wisatawan China ke Bali. "Hampir semua airlines berkeluh kesah ke saya, banyak cancel. Apalagi yang chartered flight, puluhan yang sudah cancel, batal terbang ke Bali. Banyak travel agent - travel opertor juga menyesalkan situasi menjadi seperti ini? Saya amati angka-angkanya, memang berdampak serius buat Bali,” ujarnya.

Ibarat sudah jatuh, tertimpa tangga. Sudah kena banyak Travel Advice (Travel Warning) dari banyak Negara, pascagempa Lombok Sumbawa, gempa dan tsunami di Palu Donggala, liquifaksi di Sultra, gempa susulan di banyak daerah di tanah air, kini Indonesia ditimpa polemik negatif yang viralnya menembus media di China. “Saya sudah berhitung, dampak gempa ini pasti lebih berat dari erupsi Gunung Agung Bali, September 2017 lalu,” kata Menpar Arief Yahya.

Jika Gunung Agung berdampak 1 juta kunjungan, dalam masa 6 bulan, dari September 2017 sampai April 2018, maka gempa kali ini lebih dalam lagi, diperkirakan juga sekitar 1 juta wisman. Ditambah polemik yang sudah meluas itu, akan semakin berat buat industri pariwisata.

“Dari grafik angka kunjungan sangat jelas terlihat. Juli 2018 dan Agustus 2018 itu kita masih on track, masih on target. Juli tercapai 110%, Agustus 100,8%, rata-rata di atas 1,5 juta kunjungan per bulan. Tanggal 5 Agustus gempa di Rinjani, sampai harus mengevakuasi wisman Thailand dan Malaysia. Tanggal 19 Agustus 2018 gempa besar 7 SR, itulah yang menekan angka kunjungan di bulan September 2018,” jelasnya.

Angka kunjungan September 2018 langsung anjlok, hanya 1,35 juta, atau hanya tercapai 75% dari proyeksi. Sudah begitu, Bali dilanda isu yang tidak menyenangkan di pasar China yang sedang bertumbuh. Bulan Oktober 2018, turun lebih drastis lagi. Dari 193 ribu di bulan Oktober 2018, diperkirakan tinggal 50%nya saja di November 2018.

China Tetap Berkomitmen

Terkait dengan persoalan yang terjadi, di Shanghai, saat China International Travel Mart 2018, 17-18 November 2018, Menpar berusaha agar wisman China mau berkunjung lagi ke Indonesia dengan merayu lagi Wakil Menteri Pariwisata dan Kebudayaan Tiongkok, Yu Qun, yang jabatan resminya adalah Party Member of The Leadership of China’s Ministry of Cultural and Tourism di Hal E-5.

“Mereka oke, mereka tetap berkomitmen untuk mengirimkan wisatawan ke Bali dan Indonesia,” kata Arief yang saat itu didampingi Duta Besar Indonesia untuk RRT Djauhari Oratmangun dan Konsul Jenderal RI di Shanghai Siti Mauludiah.

Sehari setelahnya, Presiden Jokowi juga bertemu Presiden Xi Jinping di Port Morresby, PNG. Isu pariwisata juga dibicarakan di sana. Secara khusus Presiden Jokowi meminta agar Tiongkok tetap mengirimkan wisatawannya ke Indonesia, yang saat itu juga direspons positif oleh Presiden Xi Jinping.

Tiga hal disetujui Presiden Xi dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi. Pertama, akan mengirimkan wisatawan dengan proyeksi 3 juta turis ke Bali dan 10 Bali Baru. Kedua, akan merealisasi investasi membangun di 10 Bali Baru atau 10 Destinasi Prioritas. Ketiga, akan memperbanyak direct flights ke Indonesia dari Tiongkok, karena problem utamanya adalah transportasi udara. (*)

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

News Terbaru