Sabtu, 04 Oktober 2025

BUMDes Sima Sari Dana, Berhasil Olah Sampah


  • Kamis, 26 Juli 2018 | 17:33
  • | News
 BUMDes Sima Sari Dana, Berhasil Olah Sampah Foto: Dok Kemendes PDTT

ARAHDESTINASI.COM: Desa Kesiman Petilan, Denpasar, Bali bisa membuat pariwisata Pulau Dewata kian kinclong. Desa padat penduduk yang terdiri atas 2.526 kepala keluarga dengan jumlah 9.000 jiwa itu secara tidak langsung membantu memecahkan masalah sampah di Bali. Mereka berhasil mengolah sampah desa menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis.

Sejak 2 Desember 2017, Desa Kesiman Petilan mengubah sampah yang tadinya menjijikkan menjadi berkah bagi warga melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sima Sari Dana. Uji coba pengelolaan sampah melalui BUMDes ternyata berhasil mengubah sampah menjadi pundi-pundi rupiah.

Ketua BUMDes Sima Sari Dana Budi Ketut Sima mengakui, BUMDes yang baru berjalan selama 6 bulan itu mendapat sambutan hangat warga. Sampah yang biasanya dibiarkan menggunung dijual ke BUMDes. “Dampak ekonominya sudah kelihatan dari pembelian bank sampah. Dulu masyarakat yang belum mengerti manfaat sampah pasti menjijikkan. Sekarang sudah terinspirasi kalau sampah bisa menghasilkan uang,” ujarnya saat menerima kunjungan peserta Forum Tematik Badan Koordinasi Hubungan Masyarakat (Bakohumas) Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, belum lama ini.

BUMDes Sima Sari Dana memilah sampah menjadi dua bagian yakni sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik dikelola sendiri menjadi pupuk, sedangkan sampah anorganik dijual kepada perusahaan pengelola sampah.

“Untuk pupuk, kami kelola sendiri dari sampah organik. Pemasaran kami yang pertama warga sekitar yang memang banyak menyukai tanaman, termasuk para petani. Kalau proses pembuatan pupuknya masih manual, karena yang kami lakukan adalah ingin membuat pupuk bagus tanpa terkontaminasi zat kimia,” terang Budi.

Untuk membeli sampah warga, lanjut Budi, BUMDes Sima Sari Dana menyiapkan empat kendaraan operasional untuk berkeliling dan menjemput langsung sampah warga setiap harinya. Setelah dikumpulkan, sampah dipilah menjadi sampah organik dan anorganik. Selanjutnya sampah organik kembali dibagi menjadi dua bagian, yakni sampah kering dan sampah basah. Sampah kering diolah menjadi pelet, sedangkan sampah basah diolah menjadi pupuk.

“Jadi awalnya itu masyarakat desa ini mengeluhkan sampah, akhirnya ketika musyawarah desa disetujui BUMDes ini, unit sampah. Jadi sampah masyarakat yang menjadi masalah ini diambil dan diolah,” katanya. (*)

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

News Terbaru