Loading
ARAHDESTINASI.COM: Desa Kamasan, Kabupaten Klungkung, Bali, selama ini dikenal sebagai daerah yang menghasilkan beragam karya seni bernilai tinggi. Di antaranya ada kerajinan dan lukisan wayang seni khas Kamasan dengan beragam jenis dan kegunaan yang berbeda.
Para pelukis membuat wayang klasik itu secara turun temurun terus berkarta, terutama dalam pelukisan Plalintangan (kalender Bali).
Meskipun zaman mengalami perubahan, tetapi karya seni berupa pelukisan wayang tersebut tetap eksis dan berkembang hingga saat ini.
Baca juga:
Bandara Ngurah Rai Tambah Rute Internasional: Kini Bali Terhubung Langsung ke Chengdu dan CheongjuKeindahan karya seni berupa lukisan wayang dan juga kerajinan tangan tersebut bisa dinikmati dalam Museum Semarajaya di depan Monumen Puputan Klungkung.
Tidak hanya dipamerkan dalam museum saja, lukisan khas Kamasan juga dipamerkan dalam sebuah galeri yakni Suar Gallery yang buka 24 jam dan menempati rumah tradisional. Suar Gallery menyimpan berbagai lukisan wayang langka, bahkan ada yang berusia 300 tahun.
"Walaupun ada kerajinan tangan dan wayang lainnya, di sini wayang klasik Desa Kamasan tetap menjadi fokus utamanya. Ciri khas wayang Kamasan ada pada wayang kulitnya," kata seniman lukis yang juga pemilik galeri itu, Gede Wedasmara.
Meskipun memiliki sebutan tidak jauh berbeda dengan wayang lainnya, wayang klasik Desa Kamasan menceritakan tentang kisah Mahabrata dan Ramayana. Pakem pelukisannya pun berbeda, seperti halnya yang diterapkan pada lukisan seni wayang klasik, salah satu nya berbentuk Plalintangan.
"Epos kisahnya kita ambil per episode, misalnya saat penculikan Sitha oleh Rahwana, Hanoman ngamuk di Alengka Pura disebut Hanoman Obong pada saat penggempuran Kerajaan Alengka oleh Rama dan Laksmana yang dibantu oleh monyet-monyetnya," tuturnya.
Wayang Klasik Desa Kamasan merupakan karya seni hasil kreasi langsung dari para seniman, yang dikerjakan oleh warga desa itu sendiri secara turun temurun. Bisa dipastikan, setiap rumah warga memiliki koleksi Wayang Kamasan yang berjejer.
Gede Wedasmara berkisah, Kamasan bermakna benih yang bagus. Sejak dahulu desa ini sudah terkenal akan pengrajin yang dikenal sebagai “pandai mas”. Pada tahun 1380-1651 keahlian para pengrajin di Desa Kamasan ini dimanfaatkan oleh Raja Ida Dalem untuk membuat aneka kerajinan lukisan dan ukiran dari emas dan perak.
"Kalau saya sendiri lebih suka melihat plalintangan (kalender Bali) yang dibuat dari lukisan Wayang Kamasan, karena tugas saya di sekolah juga ada tentang praktik seni, ini bisa jadi contohnya," kata Melinda Limanto, salah satu siswa asal Desa Tojan.
Menariknya lagi, para pengunjung tidak hanya dapat melihat lukisan saja, karena ada lukisan Plalintangan berupa kalender Bali yang disajikan dalam wayang juga diaplikasikan ke dalam bentuk lain.
Ada seni wayang yang diaplikasikan dalam kipas, hiasan rumah seperti telur, bantal hingga pembuatan dompet. "Secara umum, proses pembuatannya melewati beberapa tahap. Ada bagian membuat sketsa atau gambar kasar dari lukisan, lalu ada pewarnaan, ngawi dan proses terakhir adalah proses finishing yang bertugas untuk memperjelas lukisan wayang klasik tersebut," kata Gede Wedaswara. (*)