Loading
ARAHDESTINASI.COM: Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi akan memaksimalkan desa wisata, produk-produk pertanian, pemasaran online, dan permodalan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk menyosongsong kebangkitan ekonomi desa pasca-COVID-19.
Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar, mengatakan pihaknya sudah menyiapkan beberapa formula agar desa-desa siap menghadapi kebangkitan ekonomi di masa normal baru.
“Akan terjadi ledakan. Daerah-daerah wisata desa akan mendapatkan kunjungan yang cukup maksimal. Ini akan kita antisipasi dengan menggerakkan padat karya tunai desa (PKTD) untuk melakukan pemeliharaan, perawatan, dan penyempurnaan tempat-tempat wisata milik desa,” ujar Abdul Halim, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT).
Ketika perputaran ekonomi di desa meningkat, ujar Abdul Halim yang akrab dipanggil Gus Menteri, maka pendapatan desa akan naik, karena hampir 100 persen wisata desa itu di bawah naungan badan usaha milik desa (BUMDes).
Di samping itu, tuturnya, BUMDes memiliki peluang untuk mendapatkan penambahan aset berupa dana segar dari reborn (kebangkitan) wisata. BUMDes juga akan mendapatkan penambahan dari reborn produk-produk pertanian yang selama ini agak mengalami penurunan. Di sisi lain, dana desa juga bisa digunakan untuk menambah modal BUMDes.
Gus Menteri mengatakan ekonomi desa berpeluang lebih cepat untuk melakukan reborn, karena potensi di desa sangat luar biasa.
“Peluang reborn ekonomi desa kita juga sangat luar biasa. Misalnya hari ini yang harus terus kita optimalisasi ada kelompok pertokoan di 6.809 desa, ada pasar dengan pembangunan permanen di 6.236 desa, pasar dengan bangunan semipermanen di 8.781 desa, pasar tanpa bangunan di 4.317 desa, hotel di 1.709 desa, penginapan di 3.429 desa, BUMDes di 50.199 desa, yang aktif bertransaksi 37.125 BUMDes,” ujar Mantan Ketua DPRD Jombang ini.
Selain itu, lanjutnya, ada lahan intensifikasi di kawasan transmigrasi 1,8 juta Ha yang sudah siap pakai 509 ribu ha. Lalu ada desa pertanian pangan 65.325 desa dan pertanian non pangan 4.748 desa.
“Kalau kita fokus membangun desa pada hakikatnya kita membangun Indonesia. Karena desa adalah Indonesia dan Indonesia adalah desa,” Pungkasnya. (*)