Sabtu, 18 Mei 2024

Bergoyang di Rooftop Kampung Tembakau Tlilir


  • Minggu, 03 September 2023 | 23:04
  • | News
 Bergoyang di Rooftop Kampung Tembakau Tlilir Foto: Dok Kemenparekraf

ARAHDESTINASI.COM: Tahu tembakau srintil? Tembakau terbaik di dunia itu salah satunya dihasilkan di Desa Tlilir, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Awal September 2023, suasana desa yang biasanya tenang berubah meriah. Penduduk desa kompak menggelar Tlilir Art and Culture Festival bertajuk From Village to The World, tepatnya 1-3 September 2023.

Salah satu rooftop rumah warga (sebagian besar rumah warga memiliki rooftop)yang digunakan ntuk menjemur tembakau) diubah menjadi panggung untuk menampilkan beragam kesenian, fashion show, dan pertunjukan musik. Unik dan terasa menyegarkan, berada di udara terbuka, menonton beragam pertunjukan dengan latar beklakang Gunung Sindoro dan Sumbing.

Sementara jalan-jalan kecil di desa dipenuhi tenant yang menjual beragam produk, mulai dari jajanan tradisional, sego jagung, kerajinan tangan, kopi yang juga menjadi salah satu primadona Desa Tlilir, dan tentu saja tembakau Tlilir yang sudah mendunia.Tlilir Art & Culture Festival direncanakan menjadi event tahunan, dan diharapkan menjadi daya tarik pariwisata baru bagi kabupaten Temanggung, sekaligus mendukung upaya pemerintah pusat dalam mencapai target 1,2-1,4 miliar pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) pada tahun ini.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno secara virtual, mengatakan mendukung event berbasis pariwisata yang digerakkan oleh masyarakat seperti Tlilir Art & Culture Festival.

Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf/Baparekraf, I Gusti Ayu Dewi Hendriyani dalam sambutannya di lokasi festival Sabtu (2/9) menyebutkan bahwa event seperti festival budaya merupakan bagian dari 3A (Akses, Atraksi, Amenitas) dan menjadi unsur penting untuk memajukan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia.

Dia juga menilai, Festival Tlilir sebagai wujud inovasi dan adaptasi terhadap tren perubahan sikap wisatawan pascapandemi dalam berwisata yang bersifat personalize, customize, localize dan smaller in size.

“Wisatawan pascapandemi cenderung lebih menyukai aktivitas pariwisata luar ruangan atau outdoor dan suasana di Tlilir cocok untuk pengembangan desa berbasis ecotourism,” tuturnya.

Dewi menambahkan, Kemenparekraf mengapresiasi dan mendorong keberlanjutan event Tlilir Art & Culture Festival serta mengajak seluruh stakeholders pariwisata untuk berkolaborasi.

“Kami berharap festival ini berkelanjutan sehingga bisa menjadi event tahunan di Jawa Tengah dan khususnya di Temanggung, serta bisa mendatangkan banyak pengunjung dari berbagai daerah. Sehingga, pada akhirnya akan bisa mendukung pencapaian target 1,2-1,4 miliar pergerakan wisnus di 2023,” paparnya.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Temanggung Hendra Sumaryana pada kesempatan yang sama berkomitmen akan mengupayakan perbaikan aksesibilitas dan promosi agar Festival Tlilir semakin banyak diketahui masyarakat luar sehingga multiplier effect-nya tidak hanya dirasakan di kabupaten saja tapi secara nasional.

“Temanggung punya dua hal yang unik dan mendunia yaitu tembakau dan kopi. Event ini juga menjadi bagian yang bisa dijual dan dipromosikan,” ucapnya.

Kepala Desa Tlilir Fatur Rohman mengungkapkan, keindahan alam dan tembakau yang mendunia menjadi daya tarik tak hanya bagi wisnus melainkan juga wisatawan mancanegara (wisman).

Menurut dia, wisman yang pernah datang ke desa Tlilir di antaranya berasal dari Belanda, Belgia, Jerman, Rusia, Ukraina dan Australia. Bagi turis yang ingin menginap, desa Tlilir saat ini juga memiliki 12 homestay.

Libatkan Masyarakat LokalAjang 1st Tlilir Art and Culture Festival yang diselenggarakan oleh Heavenly Indonesia, Pemerintah Desa Tlilir dan Travelita-Pegiat Pariwisata Temanggung, mendapat dukungan penuh Kemenparekraf.

Festival ini menarasikan ‘Tlilir: Tembakau, Tradisi dan Takdir’, serta mengampanyekan ‘Sustainability & Eco-Friendly Event’, di mana berbagai ornamen dan dekorasi venue event ini seluruhnya menggunakan material dari bambu. Selama tiga hari digelar serangkaian acara, di antaranya konser musik etnik dengan line up Irene Ghea x Arlida Putri, Orkes Sinten Remen, dan Jogja Hip Hop Foundation.

Hadir juga outdoor fashion show dari perancang busana nasional dan lokal yang bertema ordinary traveling. Pengunjung juga bisa menikmati drama musikal yang melibatkan penduduk setempat mulai dari pelajar hingga orang tua. Tak kalah menarik juga ada festival kuda lumping serta festival UMKM yang menyuguhkan kuliner khas Temanggung, produk kerajinan dari tembakau dan fesyen.

Ridlo Amiruddin, Direktur Digra Sinergi Harsa selaku penyelenggara Tlilir Art & Culture Festival menyampaikan, event yang bakal digelar tahunan ini merupakan pesta rakyat kesenian dan kebudayaan yang berbasis pada community based tourism.“Local wisdom sangat kami perhatikan, misal untuk outdoor Fashion Show saja kita bekerja sama dengan pemuda pemudi Karang Taruna, Ibu-ibu PKK dan Kelompok Wanita Tani. Mereka kita edukasi hanya dalam tiga hari saja namun hasilnya cukup memuaskan kita di catwalk,” ungkapnya.

Ridlo menambahkan, untuk penyelenggaraan tahun depan, pihaknya tetap akan menjaga komitmen untuk membangun event berbasis pariwisata berkelanjutan serta akan lebih banyak bersinergi lagi dengan para stakeholders.“Untuk penyelenggara event tahun depan jadwalnya akan kita ajukan di bulan Juli agar menjadi rangkaian event di lereng gunung di pulau Jawa, seperti Festival 7 Gunung dan Dieng Culture Festival. Ini penting, agar wisatawan adventure dan minat khusus kian bertumbuh,” pungkasnya. ***

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

News Terbaru