JAKARTA, ARAHDESTINASI.COM - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) melakukan kajian dampak kenaikan peringkat Travel & Tourism Development Index (TTDI) Indonesia yang cukup signifikan, naik 10 peringkat dari 32 ke posisi 22 dari 119 negara. Dari Kajian itu ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengembangkan sektor Parekraf Tanah Air
Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf/Baparekraf, Nia Niscaya, mengatakan, berdasarkan pilar dan indikator penilaian TTDI, ada beberapa indikator yang perlu ditingkatkan di Indonesia, yaitu health and hygiene, tourist service and infrastructure, ICT readiness, openness to T&T, dan human resources and labour market and environmental sustainability.
"Walaupun belum tentu semua di bawah kewenangan Kemenparekraf, tapi ini adalah sesuatu yang harus kita usahakan bersama," katanya dalam The Weekly Brief With Sandi Uno di Gedung Sapta Pesona Jakarta, baru-baru ini.
Oleh karena itu, kata Nia, diperlukan kolaborasi yang kuat antara pihak-pihak terkait untuk mempertahankan pilar penilaian yang telah memadai dan meningkatkan pilar-pilar yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan.
"Kita harus fokus berkoordinasi dan kolaborasi antar Kementerian, lembaga dan pentahelix," tuturnya.
"TTDI merupakan salah satu indikator kinerja utama Kemenparekraf selain jumlah wisatawan mancanegara, wisatawan nusantara, nilai tambah dan nilai ekspor ekonomi kreatif, jumlah tenaga kerja, dan juga devisa. Ini adalah suatu penilaian yang membuat Indonesia mudah dibandingkan dengan 119 negara lainnya karena menggunakan indikator yang sama, “ tambah Nia.
Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf/Baparekraf, Dessy Ruhati, mengatakan peningkatan dan pengelolaan pilar-pilar penilaian TTDI ini merupakan tanggung jawab bersama antar kementerian dan lembaga. Sebab dari pilar-pilar penilaian tersebut, hanya 30 persen saja yang menjadi tugas Kemenparekraf.
"Langkah-langkah perbaikan tentu dapat kita lakukan saat bersama-sama melalui strategi kolaborasi lintas sektoral, mengingat 30 persen indikator menjadi tugas dan fungsi dari Kemenparekraf tapi 70 persen lainnya terkait tugas kementerian dan sektor lain, dan langkah strategis tersebut menjadi upaya bagi kita dalam memperkuat indikator pada TTDI," ujar Dessy.
Pendiri Pusat Kepariwisataan Institut Teknologi Bandung (ITB) Myra P. Gunawan mengungkapkan raihan peringkat Indonesia dalam TTDI ini bisa menjadi landasan pengembangan dan penguatan infrastruktur penunjang di sektor parekraf Indonesia. "Ranking ini merupakan potential drivers to such development," ungkap Myra.
Pada acara yang sama, guru Besar Geografi Universitas Gajah Mada (UGM), Prof. M. Baiquni, mengatakan pengembangan sektor parekraf ini harus dilakukan secara merata di seluruh Indonesia, sehingga kunjungan wisatawan bisa tersebar dengan lebih merata dan tidak hanya terpusat di destinasi-destinasi wisata tertentu saja.
"Kita itu mulai mengalami overtourism di beberapa destinasi kawasan padat wisata seperti di Bali, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan Surabaya. Kadang-kadang sampai terjadi kemacetan luar biasa dan ini persoalan yang perlu terus kita cari tata kelolanya," ujar Baiquni.