Loading
ARAHDESTINASI.COM: Pemerintah Indonesia merencanakan membuka gelembung perjalanan atau travel bubble untuk empat negara, yakni China, Jepang, Korea Selatan, dan Australia.
Investasi menjadi salah satu pertimbangan pemerintah saat menentukan travel bubble tersebut. “Harga tiket mestinya tidak akan semurah dulu karena ada beberapa protokol yang harus dipenuhi, di antaranya terkait kesehatan dan pengosongan kursi pesawat di bagian tengah. Lokomotifnya para pengusaha dulu dan setelah itu secara alamiah akan diikuti wisatawan,” ujar Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Odo RM Manuhutu dalam konferensi pers virtual baru-baru ini.
Odo juga mengatakan, pada saatnya nanti pemerintah akan mendorong direct flight, karena sekarang orang cenderung menghindari transit atau transit terlalu lama yang bisa menjadi transmisi penularan COVID-19.
Baca juga:
Pariwisata Indonesia Cetak Pertumbuhan Positif, Kemenparekraf Genjot Promosi & Event DaerahKetika ditanya kapan pembukaan gelembung perjalanan itu dilakukan, Odo belum bisa memastikan. Saat ini Indonesia tengah menyusun protokol khusus perjalanan lintas negara.
“Pelaksanaan travel bubble sangat tergantung banyak hal, di antaranya kesiapan daerah untuk menerapkan protokol kesehatan dan juga kesiapan negara yang bersangkutan. Selain itu, juga terkait dengan perkembangan COVID-19 di masing-masing negara.
Indonesia menurut Odo, mendapat tawaran dari banyak negara untuk travel bubble. Tapi pelaksanaannya tidak bisa dalam waktu dekat ini.
“Perlu persiapan matang, termasuk arahan dari Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Yang jelas, pertama-tama kita akan mendorong pergerakan turis domestik dulu baru perjalanan lintas negara. Empat negara yang disebutkan tadi jadi semacam pilot project kita untuk belajar dan terus memperbaiki,” katanya.
Dia menambahkan, jika penyebaran COVID-19 terus menurun, kemungkinan pembukaan pintu lintas negara bisa dimulai pada triwulan ketiga atau keempat sekitar November atau Desember.
Pada kesempatan itu Odo menyinggung trend pariwisata yang cenderung ke kegiatan outdoor atau nature base tourism.
“Jepang, Korea Selatan, China cenderung memilih wisata yang tidak banyak kerumunan, dan Indonesia akan diuntungkan dengan hal tersebut. Yang terpenting saat ini kita membangun trust terlebih dahulu dengan membangun destinasi berkualitas yang menerapkan protokol kesehatan dengan baik," ujarnya.
Travel bubble merupakan pembukaan perbatasan lintas negara dengan persyaratan tidak keluar dari batasan yang sudah ditetapkan. Ide gelembung perjalanan itu pertama kali dicetuskan Australia dan Selandia Baru ketika melihat angka kasus COVID-19 di dua negara itu terus menurun signifikan. (*)