Senin, 06 Oktober 2025

Kisah Kepala Desa Saat Pertama Kali Menginjak Beijing


  • Rabu, 27 Maret 2019 | 00:17
  • | News
 Kisah Kepala Desa Saat Pertama Kali Menginjak Beijing Beijing Capital International Airport / Foto ilustrasi: wikimedia.org

ARAHDESTINASI.COM: Seperti kisah Kabayan dan istrinya Nyi Iteung ketika pertama kali menjejakan kaki di kota! Seperti itulah kira-kira Kepala Desa Panggungharjo Wahyudi menggambarkan perasaannya ketika menginjakan kaki di Beijing. Wahyudi bersama rekan-rekan kepala desa, penggiat desa, dan pendamping desa mengaku sangat bersemangat.

Semangat itu sudah dirasakan ketika mereka terpilih untuk melakukan studi banding ke China oleh Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Kemendes PDTT). Wahyudi berkisah, dia dan rekan-rekannya kian bersemangat begitu pesawat mendarat di Beijing yang tengah mengalami pergantian dari musim dingin ke semi, dengan suhu berkisar antara 3 sampai 18 derajat celcius.

Di Bandara Beijing, semua penumpang yang bukan warga negara Tiongkok harus melakukan pengecekan sidik jari dengan paspor secara mandiri melalui mesin pindai. Setelah itu, ada pemeriksaan keimigrasian. Sambil menunggu antrean pemeriksaan, Kepala Desa Panggungharjo mendapat teguran dari petugas keamanan karena mengabadikan situasi pemeriksaan dengan kamera hand phone

"Untunglah staf kedutaan tiongkok Mr. Xie Chenngsuo yang menjabat sebagai First Secretary of Embassy of China in Indonesia segera datang dan memintakan maaf. Lepas dari pemeriksaan imigrasi kita kemudian harus menaiki kereta bandara untuk sampai terminal barang untuk mengambil bagasi. Setelah itu menuju tempat penginapan di Yu Yang Hotel," Cerita Wahyudi.

Selama perjalanan menuju hotel, di kanan kiri jalan, tampak pohon sakura mulai menampakan daun dan kuncup bunga yang masih malu menyapa mentari pagi. Bahkan, di beberapa sudut kota banyak ditemui ruang terbuka hijau dimana para lansia berkumpul dan beraktifitas, bahkan ada beberapa pasangan yang sedang belajar dansa.

"Turut bahagia rasanya melihat orang orang yang sudah sepuh mengisi hari tuanya dengan kegembiraan," katanya.

Sesampainya di hotel, seorang pegawai pemerintah di Departemen Kerjasama Internasional kementrian Pertanian dan Pedesaan Republik Rakyat Tiongkok memberikan arahan terkait dengan kamar dan agenda kegiatan selama di Beijing. Peserta studi banding mendapat satu kantong besar untuk masing masing orang yang ternyata kantong ini berisi 1 unit wireless router dan 1 unit universal travel adaptor. Dua barang yang sewaktu di Indonesia sempat menteror para peserta terkait informasi stop kontak yang berbeda dengan indonesia.

"Ternyata semuanya telah disiapkan dengan sangat detail. Seolah mereka sangat paham dengan apa yang dibutuhkan. Dengan peristiwa ini, kita diberikan pemahaman bagaimana seorang penyedia barang maupun jasa harus memahami permasalahan yang dihadapi oleh customers," ungkap Wahyudi.

Pengiriman kepala desa, penggiat dan pendamping desa ke China dan Korea Selatan, dilakukan Kemendes PDTT dengan tujuan agar desa-desa bisa belajar lebih banyak dan kian terpacu mengembangkan inovasi untuk mengembangkan kesejahteraan masyarakat desa.

Menurut Eko, studi banding ke luar negeri diharapkan dapat meningkatkan kompetensi dan memunculkan inovasi dalam pengelolaan dan pembangunan desa, serta para peserta dapat membangun jaringan, menambah pengetahuan dan membuka pasar antar kepala desa dengan mitra luar negeri.

"Kita memerlukan kepala desa, pengiat desa dan pendamping desa untuk lebih punya wawasan lagi. Diharapkan setelah kunjungan itu, para peserta bisa menerapkan didesanya masing-masing apa yang apa yang mereka liat di luar negeri," katanya.

Lebih lanjut, Eko menambahkan bahwa untuk tahun ini, Kemendes PDTT telah merencanakan akan mengirim seribu peserta dari kepala desa, penggiat desa dan pendamping desa ke sejumlah negara lainnya untuk studi banding seperti ke negara Jepang, Thailand, Vietnam dan Malaysia.

"Salah satu cara yang paling cepat kita belajar adalah kita melihat negara lain yang relatif sudah maju. kita harapkan kepala desa dan penggiat desa ini punya wawasan yang lebih lagi. Kegiatan ini juga penting untuk pengembangan sumber daya manusia di Indonesia. Jadi tidak hanya infrastruktur yang dibangun, tapi juga manusianya," katanya.

Sementara itu, Sekjen Kemendes PDTT Anwar Sanusi menyebutkan bahwa para peserta yang mengikuti studi banding ke China akan mempelajari terkait revitalisasi pembangunan desa, kebijakan pengentasan kemiskinan, pertanian modern, perikan air tawar dan diskusi dengan perani lokal di china.

"Sedangkan yang ke negara Korea akan mempelajari pembangunan pemberdayaan masyarakat desa, mengunjungi pusat buah buah kering dan mempelajari pendistribuannya serta mengunjungi pabrik pengolahan ikan dan pasar-pasar perdesaan di Korea,” katanya. (*)

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

News Terbaru