Loading
ARAHDESTINASI.COM: Pembatalan berbagai kegiatan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibitio (MICE) berskala nasional dan internasional di Pulau Dewata sangat berdampak pada perlambatan ekonomi Bali.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho, mengatakan saat ini perlambatan ekonomi Bali sebesar -1,14 persen, termasuk yang paling besar di Indonesia.
“Selain Bali, perlambatan besar ekonomi juga terjadi di Yogyakarta,” katanya saat membuka acara Survei Bicara (Surya) Diseminasi Hasil Survei Bank Indonesia secara virtual, di Denpasar, baru-baru ini, seperti dilansir Antara.
Penyampaian hasil survei BI secara virtual tersebut menghadirkan narasumber Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali Rizki Ernadi Wimanda, Director Consumer Panel Service Nielsen Indonesia Mia Triscahyani, dan Agoes Ganesha Rahyuda (Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Udayana. Sementara peserta diseminasi hasil survei dari kalangan akademisi, mahasiswa, birokrat, pelaku usaha, hingga jurnalis.
"Wisata MICE selama ini telah memberikan dampak yang besar bagi Bali karena pengeluarannya lebih besar hingga tujuh kali dibandingkan wisata individual," papar Trisno.
Baca juga:
Kemenparekraf: Rata-Rata Pengeluaran Perkunjungan Selama WWF ke-10 di Bali Sebesar Rp38,8 JutaDia berharap akademisi dan berbagai stakeholder dapat bersinergi untuk turut memikirkan solusi agar perlambatan ekonomi di Bali tidak turun semakin dalam.
Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali Rizki Ernadi Wimanda, mengatakan sejauh ini sekitar 54-58 persen perekonomian Bali disumbang dari sektor pariwisata.
Pandemi menyebabkan kunjungan wisman ke Bali pada triwulan 1-2020 turun hingga 21,82 persen (yoy). Penurunan tersebut semakin dalam memasuki bulan April dan Mei 2020 dengan semakin terbatasnya jumlah penerbangan internasional dan domestik.
"Dari 1 Januari-5 Mei 2020, kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali turun hingga 44,23 persen dan untuk kedatangan wisatawan domestik sebesar 35,27 persen," ucapnya.
Rizki menambahkan, dari sisi lapangan usaha, melambatnya pertumbuhan ekonomi Bali bersumber dari terkontraksinya sektor-sektor pariwisata seperti akomodasi dan makan minum, transportasi, industri dan perdagangan.
Berdasarkan hasil survei bisnis dan tenaga kerja, lanjut dia, penyebaran COVID-19 telah berdampak terhadap 94 persen responden usaha. Hasil survei mendapati 28 persen responden telah menghentikan usaha sementara terutama di bidang transportasi, akomodasi dan restoran, perdagangan serta jasa lainnya.
"Usaha yang masih mampu berjalan normal ada di sektor industri pengolahan dan pertanian," ujarnya.
Mengenai status perusahaan saat ini, 66 persen mengalami penurunan omzet, 28 persen usaha tutup sementara dan hanya 6 persen yang berjalan normal. Adanya COVID-19 dipersepsikan akan berdampak terhadap usaha dalam waktu 6-9 bulan (akhir tahun 2020). (*)