Minggu, 19 Mei 2024

Aturan Baru Pendakian Everest: Dari Kantong Tinja hingga GPS Pelacak


  • Selasa, 02 April 2024 | 16:30
  • | News
 Aturan Baru Pendakian Everest: Dari Kantong Tinja hingga GPS Pelacak Pendakian Everest Nepal Foto pixabaycom

JAKARTA, ARAHDESTINASI.COM - Nepal telah mengumumkan serangkaian peraturan baru bagi para pendaki gunung di Himalaya, termasuk peraturan yang memerintahkan mereka untuk membawa GPS.

Aturan yang mengharuskan membawa GPS dipicu kejadian tahun lalu yang dianggap sebagai musim paling mematikan di Everest dengan 18 pendaki yang kehilangan nyawa dan setidaknya lima jasad di antaranya belum ditemukan.

Dengan dimulainya musim pendakian, pejabat Nepal mengatakan para pendaki harus membawa pelacak kecil dan pasif yang dapat dijahit ke dalam jaket dan tidak memerlukan listrik. Mereka dapat dideteksi melalui tumpukan salju hingga jarak 20 yard (sekitar 18,2 meter) dan lebih jauh lagi jika dilacak dari udara menggunakan detektor genggam.

“Pelacak tersebut wajib dibawapara pendaki tahun ini, sehingga jika terjadi kecelakaan lokasinya dapat diidentifikasi secara akurat,” ujar Direktur Pendakian Gunung di Departemen Pariwisata Nepal, Rakesh Gurung seperti dikutip dari The Independent.

Pendaki profesional dan beberapa perusahaan ekspedisi telah lama menggunakan pelacak canggih untuk memantau kemajuan pendakian dan menyediakan data untuk sponsor. Namun, pelacak GPS baru yang dibutuhkan akan lebih sederhana, perangkat pasif dengan fitur terbatas, tidak lebih besar dari stik USB, bebas daya, dan mudah diintegrasikan ke dalam bahan jaket.

Pelacak ini, masing-masing berharga antara £8 dan £12, akan dipasok oleh perusahaan trekking dan digunakan kembali dengan melepaskannya dari pendaki saat mereka turun.

Selain GPS, bulan lalu, pihak berwenang juga mengumumkan bahwa pendaki Everest wajib membawa kotoran (tinja) mereka kembali ke base camp dalam kantong kotoran yang sudah disediakan.

Peraturan baru ini menyusul meningkatnya keluhan mengenai volume kotoran manusia yang berjejer di jalur pendakian gunung, yang sulit terdegradasi secara alami karena suhu dingin yang ekstrem.

Tahun lalu, 60.000 wisatawan mengunjungi Taman Nasional Sagarmatha, Everest, dan 600 orang mencoba mencapai puncak. Gunung ini dipenuhi berton-ton sampah, termasuk kaleng kosong, botol, tabung gas, peralatan pendakian yang terbengkalai, serta plastik dan kotoran manusia, sehingga membuat gunung ini mendapat gelar ‘Tempat Sampah tTertinggi di Dunia’.

Komite Pengendalian Polusi Sagarmatha dilaporkan sedang dalam proses pengadaan sekitar 8.000 kantong kotoran dari Amerika yang akan didistribusikan kepada para pendaki, sherpa, dan staf pendukung. Setiap orang akan diberikan dua tas, yang dirancang untuk berbagai kegunaan.

Kantong-kantong itu dilengkapi dengan bahan kimia yang dapat mengeraskan kotoran manusia dan mengurangi baunya secara signifikan.

Jonathan Reilly, direktur British Expedition Company, yang mengatur perjalanan ke base camp Everest, mengatakan kepada Telegraph:

“Sampah di Everest sungguh konyol. Pertanyaan yang saya miliki adalah, apakah para pendaki akan membawa kantong kotorannya kembali ke bawah gunung atau membuangnya begitu saja di sana? Hal ini akan lebih buruk dibandingkan situasi saat ini karena kantong plastik akan membuat sampah tidak dapat terurai secara hayati. Saya menduga akan ada beberapa pendaki yang menggunakan tas tersebut lalu membuangnya daripada membawanya turun gunung.”

Inisiatif serupa telah berhasil diterapkan di gunung lain, seperti Gunung Denali di Alaska, dan kabarnya disambut baik oleh operator ekspedisi Everest.

Nepal memiliki delapan dari 14 puncak tertinggi di dunia. Menurut Kementerian Pariwisata Nepal, pada 14 Mei tahun lalu menjelang akhir musim pendakian, pemerintah telah menghasilkan pendapatan sebesar 4,5 juta poundsterling dari pariwisata gunung, dan 3,9 juta poundsterling dari Everest saja.

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

News Terbaru