Loading
APA yang bisa dilihat di Vientiane, Ibu Kota Laos? Pertanyaan seperti itu terus muncul ketika kami memutuskan melanjutkan perjalanan dari Bangkok ke Laos dengan penerbangan ke Vientiane. Waktu itu dapat tiket promo supermurah hanya sekitar Rp525 ribu. Jadilah rencana naik kereta lintas batas batal dilakukan dengan alasan lebih menghemat waktu.
Setelah browsing dan berbincang-bincang. Perjalanan ke Laos akan menyinggahi Vientiane, Vang Vieng, dan berakhir di Luang Prabang. Di Vientiane kami bertiga memutuskan hanya akan menginap semalam. Kami menginap di hotel yang didapat lewat airbnb. Murah Rp500 ribu semalam untuk tiga orang. Kamarnya besar dan lumayan bersih, terletak di lantai dua. Tapi karena bangunannya tua, perjalanan menuju ke kamar agak-agak bikin saya menghayal yang tidak-tidak.
Kami tiba di hotel sekitar pukul 14.30, dari bandara menggunakan angkutan umum. Pukul 15.30, dimulailah sedikit penjelajahan Vientiane. Kebetulan hotel kami terletak di semacam kota tua yang berdekatan dengan Sungai Mekong.
Sepenggal Hari Pertama:1. Scandinavian BakeryBerdasarkan hasil browsing, kami berniat menenangkan perut yang keroncongan di Scandinavian Bakery. Konon ini toko roti yang sudah ada sejak tahun 1960-an. Menyediakan aneka bakery khas Eropa dan diklaim sampai sekarang masih satu-satunya toko bakery dan kafe roti Eropa yang ada di Laos, tepatnya di Vientiane dan Luang Prabang. Maka, jadilah kami mampir ke sini, mengisi perut, dan numpang sambung wifi. Rasa rotinya sih menurut saya, lumayan. Tapi keesokan harinya kami menemukan ibu-ibu penjual roti semacam sandwich panjang di samping hotel yang rasanya enak dan masih terbayang sampai sekarang.
2. Night MarketUsai makan roti di Scandinavian Bakery, perjalanan dilanjutkan. Sasarannya adalah night market yang terletak di tepi Sungai Mekong. Akhirnya, setelah berjalan-jalan sekitar 20 menit, kami tiba di night market. Ini semacam pasar rakyat yang menjual berbagai kebutuhan, termasuk suvenir, dan street food khas Vientiane. Kami mencicipi beberapa makanan yang dijajakan sembar duduk di tepi Sungai Mekong menanti matahari terbenam. Menyenangkan kok, melihat orang berlalu-lalang, dan warna langit yang berubah menjadi lembayung. Dari situ kami masih berjalan-jalan dan sekitar pukul 20.00 kembali ke hotel.
Sepenggal Hari KeduaPagi-pagi sekali kami sudah bangun. Semalam sudah bincang-bincang dengan petugas hotel, dan kami memutuskan ikut city tour setengah hari yang disediakan pihak hotel. Ada tiga objek wisata yang akan kita kunjungi, sebelum kembali ke hotel, karena sore hari travel akan datang menjemput dan membawa kami ke kota persinggahan berikut Van Vieng.
1. PatuxaiIni objek wisata yang memang jadi incaran wisatawan untuk berfoto ria, karena menjadi ikon Vientiane dan bahkan Laos. Bentuknya taman luas dengan sentral utama bangunan mirip pintu gerbang dengan arsitektur mirip di Prancis tetapi ornamen khas Laos. Patuxai dibangun 1957 untuk mengenang para tentara korban peperangan. Di sekitar lokasi pintu gerbang ada museum dan istana presiden.
2. That LuangBerikutnya That Luang, pagoda emas yang juga menjadi ikon Vientiane. That Luang benar-benar didominasi warna emas. Kami mengelilingi areal pagoda yang luas, berhenti di tempat-tempat menarik, sampai kaki rasanya pegal. Sejarah mencatat, That Luang pertama kali dibangun pada abad ketiga, tapi beberapa kali mengalami renovasi, terakhir karena perang.
3. Budha ParkDari That Luang perjalanan berlanjut ke Budha Park. Lokasinya agak ke luar kota, sekitar 25 km dari pusat kota Vientiane. Sesuai namanya, taman itu penuh dengan patung-patung Budha besar dan kecil. Yang paling menonjol adalah patung besar Budha tidur (Sleeping Budha) yang tingginya sekitar 500 meter dan panjang 200 meter. Cukup menyenangkan berjalan di antara formasi patung-patung Budha yang jumlahnya disebut-sebut mencapai 200. Budha Park dibangun sebagai simbol kebersamaan dan kerukunan Hindu dan Budha. (*)
KontributorLintang Rowe: Penikmat traveling/travel writer.Follow IG: @lintangrowe