Loading
Mahalkah berwisata ke Jepang? Sebagian besar orang pasti menjawab mahal. Image itu memang sudah tertanam di benak banyak orang. Selama ini Jepang dikenal sebagai salah satu negara termahal di Asia.
Namun, sesungguhnya, biaya wisata ke Jepang bisa disiasati agar bisa lebih murah. Apa tipsnya? Hal utama yang harus dilakukan adalah merencanakan perjalanan dengan matang. Komponen perjalanan bisa dibagi menjadi beberapa item yang tak terhindarkan, yakni tiket pesawat, akomodasi (tempat menginap), transportasi dalam kota, dan makan. Di luar itu ada pilihan mendatangi objek-objek wisata berbayar dan tidak berbayar.
Besaran biaya juga sangat tergantung pada gaya traveling yang dipilih. Apakah sistem backpacker, bepergian ‘normal’, sedikit mewah, atau mewah? Berikut beberapa tips dan contoh itenerary perjalanan ke Jepang selama 14 hari dengan biaya kurang dari Rp18 juta, tanpa mengurangi kenyamanan tidur dan makan.
Tiket PesawatMencari tiket promo! Cara ini sudah jadi pengetahuan umum. Hanya saja, untuk mendapatkan tiket promo perlu kesabaran dan keuletan. Sering-seringlah membuka laman-laman penyedia tiket online seperti Traveloka, Nusatrip, tiket.com, dan masih banyak lagi.
Tahun ini ada maskapai penerbangan Jepang yang sempat mengeluarkan harga tiket promo ke Jakarta-Tokyo Rp2,4 juta, jadi pulang pergi menjadi sekitar Rp4,8 juta. Maskapai dari Filipina mengeluarkan tiket promo pulang pergi (pp) Jakarta-Tokyo sekitar Rp5,2 juta. Maskapai dari Hong Kong mengeluarkan tiket promo pulang pergi Tokyo di kisaran Rp5,5 juta. Sebagai gambaran, penerbangan tanpa promo termurah ada dikisaran Rp6 juta, rata-rata Rp6,3 juta pulang pergi.
Bagaimana cara mendapatkan tiket promo? Jawabannya sering-seringlah mengunjungi laman marketplace yang menjual tiket-tiket pesawat. Kunjungi setiap hari pagi, siang, malam. Jangan bosan dan jangan putus asa. Jadikan saja sebagai hiburan.
Baca juga:
Siapa Berani Coba? Di Jepang Ada Bola Nasi yang Dicetak dengan Keringat di Ketiak Gadis CantikAkomodasiIni salah satu komponen besar saat kita melakukan traveling. Jangan khawatir, banyak cara yang bisa dilakukan. Cara paling konvensional tentu mencari hotel tempat menginap. Pilihan lainnya semi konvensional seperti dormitory atau melalui airbnb yang banyak menawarkan tinggal bersama pemilik rumah/apartemen. Ada juga rumah atau apartemen yang terpisah dari pemilik, namun kamar-kamarnya disewakan dan ditinggali tamu-tamu berbeda. Airbnb juga menawarkan banyak tempat menginap yang bisa disesuaikan budget dalam bentuk gabungan antara hotel dan asrama dengan ruang private.
Untuk membantu perencanaan, harga kamar dormitory termurah Rp300.000/orang. Sedangkan di airbnb sangat bervariasi dan tergantung kota yang didatangi. Di Tokyo rata-rata-rata di kisaran Rp430.000/orang. Di luar Tokyo sangat bervariasi, bahkan masih ada harga di bawah Rp300 ribu.
Hal yang menyenangkan dari airbnb adalah, sebagian besar tempat menginap menyediakan mesin cuci dan dapur yang bebas digunakan. Dua hal itu bisa dimanfaatkan untuk meminimalisasi pakaian yang dibawa dan menghemat biaya.
Untuk sarapan bisa membeli telur dan memasak sendiri, dipadukan dengan roti tawar atau nasi kemasan yang dijual sekitar Rp15 ribu dan tinggal dimasukan ke dalam microwave. Telur kemasan di Jepang bisa diperoleh di banyak mini market dan dihargai sekitar Rp18 ribu per kemasan 10 butir. Satu plastik roti tawar berada di kisaran harga yang hampir sama.
Hotel, perkamar untuk satu orang masih ada penawaran di kisaran Rp750 ribu, sedangkan untuk dua orang terendah sekitar Rp1 juta. Sekadar informasi, hotel di Jepang ada yang menghitung perkamar, dan ada yang menghitung perorang. Artinya beda harga untuk satu orang, dua orang, dan tiga orang. Hotel juga biasanya menyediakan piyama/kimono untuk tidur.
Jika ada cara konvensional dalam memilih penginapan, pastinya ada cara yang sebaliknya. Beberapa sistem jaringan komunitas dan pertemanan bisa jadi jalan ke luar untuk menghemat biaya. Di antaranya menggunakan bantuan laman Couchsurfing. Laman komunitas itu menyediakan banyak jaringan tempat menginap gratis berlandaskan pertemanan dan kepercayaan.
Nah tinggal pilih, penginapan seperti apa yang cocok dengan gaya perjalanan Anda?
Transportasi LokalJepang dikenal sebagai salah satu negara dengan transportasi terbaik dan tentu jadi komponen cukup mahal bagi wisatawan. Secara umum jika ingin lintas kota apalagi perfecture (semacam provinsi) d Jepang, maka perlu perhitungan matang, kecuali uang tidak menjadi masalah.
Sebagai gambaran, setelah itenerary tersusun, cek biaya kereta api antar kota/perfecture yang akan dikunjungi, di antaranya lewat laman hyperdia.com. Dari situ bisa diputuskan apakah perlu membeli JR Pass (kartu/pass jaringan kereta JR termasuk kereta Shinkansen). Jika memang perlu, saatnya mempertimbangkan apakah akan membeli pass untuk satu minggu atau dua minggu. Harganya tentu beda. Masa berlaku satu minggu sekitar Rp3,7 juta, dan masa berlaku dua minggu sekitar Rp6 juta.
Jika pergi dua minggu dan hanya membeli JR Pass 7 hari, maka saat membuat itenerary, padatkan perjalanan antarprovinsi di satu minggu. Dalam kasus saya, Perjalanan antarprovinsi dipadatkan dari Saitama-Toyama-Osaka-Kyoto-Hiroshima-Yokohama selama tujuh hari. Dari Yokohama ke Tokyo sudah memasuki hari ke-8 dan JR Pass tidak lagi berlaku. Namun, tidak menjadi masalah karena letak Yokohama berdekatan dengan Tokyo dan hanya butuh biaya kereta api sekitar Rp65.000. Bandingkan dengan tiket shinkansen jika salah membuat perhitungan, dari Osaka menuju Tokyo sekitar Rp1.950.000.
Untuk transportasi dalam kota bisa menggunakan kartu Suica atau Pasmo. Kartu bisa dibeli dan di top-up hampir di setiap stasiun, berlaku selama 10 tahun, dan jika uang tersisa bisa direfund. Jangan khawatir, sangat mudah membeli dan melakukan top up, tinggal pilih petunjuk dalam Bahasa Inggris. Dua kartu ini berlaku di banyak kota besar untuk kereta api, bus dan ferry. Jika aktif berkeliling, satu hari diperkirakan atau diasumsikan sekitar Rp100 ribu.
Jika ingin lebih hemat lagi, kombinasikan dengan kartu pass lokal. Nah ini harus rajin-rajin browsing mencari informasi. Misalnya, saat datang ke kawasan Kawagoe, Saitama, maka bisa lebih hemat jika beli tiket bus terusan yang berlaku seharian seharga kurang lebih Rp52 ribu. di Kyoto juga ada tiket pass harian seharga 500 yen atau Rp66 ribu. Lebih hemat jika naik turun bus, karena rata-rata sekali naik bus bisa 200 yen.
MakanMakanan termasuk komponen yang tidak bisa dihilangkan. Makan di Jepang lumayan mahal. Namun, sekali lagi bisa diminimalisasi tergantung gaya berwisata seperti apa yang diinginkan. Jika makan di restoran-restoran mahal, misalnya yang menyediakan barbeque atau steak daging sapi kobe, tentu mahal. Satu orang bisa habis lebih dari Rp400 ribu sekali makan.
Tapi jangan khawatir, ada banyak makanan yang bisa dipilih. Di Jepang bertebaran mini market yang pasti menjual bento dan onigiri yang rasanya benar-benar bisa diterima lidah Indonesia. Harga bento bervariasi, mulai dari Rp47.000 sampai Rp150 ribu ke atas. Harga satu onigiri sekitar Rp18.000.
Di pinggiran kota dan di stasiun-stasiun banyak kios makan bowl dan juga udon lezat yang bisa diperoleh dengan harga Rp50 ribu. Harga sekelas bowl Yoshinoya ukuran small bervariasi sekitar 460 yen atau Rp60 ribu. Porsinya cukup mengenyangkan. Bisa juga upgrade ke ukuran besar dengan menambah beberapa puluh yen. Tak perlu memesan minuman karena semua restoran di Jepang memberikan minuman gratis.
Objek WisataJepang punya banyak obyek wisata berbayar dan free yang bisa dikunjungi. Jadi, rajin-rajinlah browsing dan menetapkan objek wisata mana yang akan didatangi. Setelah itu hitung budget, dan buat prioritas.
Dijamin, waktu 14 hari tidak akan cukup jika ingin menelusuri dan mendalami semua objek wisata di kota atau daerah yang didatangi. Di Kawagoe misalnya, saya menghabiskan waktu satu harian untuk mendatangi Toki no Kane (menara jam), Kuil Cinta, dan menyusuri jalanan menikmati bangunan-bangunan tua, melihat-lihat kerajinan yang membuat hati menghangat, dan menikmati lalu lalang wisatawan dan penduduk lokal berbaju kimono.
Di Tateyama juga butuh waktu seharian untuk perjalanan dan bermain salju yang masih tersisa di musim panas Jepang. Di Osaka, menelusuri Dotonburi, Shinsaibashi, dan Amerikamura juga butuh waktu seharian. Jadi, memang mesti pandai-pandai menetapkan prioritas dan menyesuaikan dengan budget. Setiap pilihan tentu akan mendatangkan konsekuensi-konsekuensi yang akan mempengaruhi itenerary dan biaya. (*)
Kontributor: Lintang Rowe
IG: @lintangrowe