Loading
ARAHDESTINASI.COM: Desa Sitiadi menciptakan terobosan dengan membuka wisata edukasi yang mengajak wisatawan menambah berinteraksi dan menambah pengetahuan tentang sapi di peternakan Eduwisata Sitiadi seluas 4.000 meter.
Di tempat itu, wisatawan bisa menyaksikan bagaimana proses tingkah-laku pedhet (anak sapi), cara membuat pakan, sekaligus cara memelihara sapi yang baik.
Tempat wisata yang sarat nilai edukasi itu didirikan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Setia Jaya, Desa Sitiadi, Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Eduwisata Sitiadi berdiri pada 2016. BUMDes Setia Jaya menggandeng Kelompok Tani Ternak Rukun Maju Makmur sebagai mitra pengembangan destinasi wisata.
Di lahan itu ada puluhan ekor sapi dari yang masih anakan (pedhet) hingga sapi dewasa. Wisatawan bisa melihat langsung bagaimana para petani memelihara sapi yang bernilai ekonomi tinggi, karena jenis sapi yang dipelihara merupakan peranakan Ongole. Pedhet jantan harga jualnya mencapai Rp 15 juta. Harga itu jauh lebih tinggi dibanding harga sapi lokal.
Sampai saat ini, sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Eduwisata Sitiadi adalah anak sekolah yang sedang belajar mengenal berbagai jenis hewan dan lingkungan kehidupan di sekitar tempat tinggal mereka. Anak-anak TK adalah rombongan yang paling sering mendatangi tempat ini. Perilaku pedhet menjadi atraksi lucu bagi anak-anak itu.
Rombongan lainnya adalah kelompok tani ternak, mereka warga desa yang memang tengah mengembangkan konsentrasi pada usaha yang sama. Rombongan kedua ini tentu saja lebih banyak mempelajari mengenai tempat ini, terutama mengenai bagaimana mengembangkan peternakan pembibitan sapi, mengenali sistem pengelolaan pembibitan, dan produk-produk ikutannya.
Pengenalan teknologi tepat guna akan mengolah limbah peternakan menjadi produk yang bermanfaat. Pengunjung yang datang ke eduwisata yang merupakan salah satu pengembangan inovasi desa ini, tidak sekedar bersenang-senang, tapi juga mendapat ilmu pengetahuan.
Selain melakukan pengembangan pembibitan sapi, tempat ini juga memanfaatkan kotoran sapi menjadi produk berdaya guna tinggi. Mereka mengolah kotoran sapi menjadi biogas dan biourine.
Biogas adalah memanfaatkan kotoran sapi sebagai bahan utama pembentukan gas yang bisa dimanfaatkan untuk mengganti gas di dapur rumah warga. Dalam skala yang besar gas dari kotoran sapi bisa secara massal dialirkan ke rumah-rumah warga untuk menghidupi kompor gas mereka.
Inovasi tersebut sudah banyak dikembangkan para peternak sapi di daerah lainnya yang memiliki skala produksi lebih besar. Masyarakat sudah tidak menggunakan lagi gas kiloan untuk memasak di dapur, karena kebutuhan itu dapat dipenuhi oleh biogas yang mereka ciptakan dari kotoran sapi.
Selain gas, urine sapi diolah menjadi biourine yang memiliki banyak manfaat. Ke depan, Eduwisata Sitiadi ingin mengembangkan wilayah pertanian. (*)